Para kesatria di atas kuda bisa  merusak formasi pasukan musuh. lumba-lumba angkatan laut membantu  membersihkan Pelabuhan Umm Qasr dari ranjau. tentara Roma dan Yunani  menggunakan lebah untuk menghalangi musuh.
Itulah sebagian hewan yang digunakan dalam perang. Hewan-hewan bisa jadi “senjata biologis” karena kemampuan mereka, paling tidak pada saat itu, tidak dapat disamai oleh kemampuan mesin. Berikut ini adalah sejumlah hewan yang seringkali dimanfaatkan dalam konflik.
Anjing
Itulah sebagian hewan yang digunakan dalam perang. Hewan-hewan bisa jadi “senjata biologis” karena kemampuan mereka, paling tidak pada saat itu, tidak dapat disamai oleh kemampuan mesin. Berikut ini adalah sejumlah hewan yang seringkali dimanfaatkan dalam konflik.
Anjing

Orang-orang  Spanyol menggunakan anjing yang dipersenjatai saat menaklukan Amerika  Selatan di abad ke-16. Anjing juga berperan besar selama konflik di abad  pertengahan di Eropa. Tugas anjing di masa modern kini meliputi  mendeteksi bom dengan indera penciuman. Di Irak dan Afghanistan, anjing  militer dikenakan rompi antipeluru demi menjamin keamanan selama  bertugas.
Gajah
Gajah

Hewan  besar ini bisa menginjak tentara, menusukkan gading, dan melempar orang  dengan belalainya. Kerajaan kuno di India diperkirakan menjadi kerajaan  pertama yang menjinakkan gajah. Tapi, kemampuan ini segera menyebar ke  Persia dan Timur Tengah. Alexander Agung dikabarkan pernah menemui  sepasukan gajah saat mencoba menaklukan suatu daerah. Kuda seringkali  takut dengan pemandangan dan bau Gajah. Tentara manusia juga merasa  diteror secara psikologis dengan bentuk Gajah yang sangat besar.
Keledai
Keledai

Tidak  sehebat hewan perang lainnya, tapi ribuan pasukan akan menderita jika  tak ada Keledai. Pasalnya, hewan inilah yang didaulat membawa makanan,  bahkan persenjataan dan barang-barang lain yang dibutuhkan militer.  Dulu, tentara Roma membawa satu Keledai tiap 10 legiun. Napoleon  Bonaperte juga menaiki keledai saat melintasi Alpen. Keledai masih  sering mendapat tugas militer hingga saat ini. Tentara AS bergantung  pada hewan ini untuk mengantar barang ke pos-pos terpencil di pegunungan  Afghanistan.
Kelelawar
Kelelawar

Kemarahan  Amerika Serikat atas serangan Jepang ke Pearl Harbor menelurkan ide  memasang bom di kelelawar. Percikan api diharapkan dapat dipicu untuk  membakar kota-kota Jepang saat kelelawar ini bertengger di atap  bangunan. Namun rencana ini batal, karena dalam pengujian banyak  kelelawar tidak kooperatif dan kabur. Hingga kini, ilmuwan Pentagon  masih mempelajari bagaimana mekanisme terbang kelelawar ini untuk  mengembangkan desain pesawat dan robot mata-mata.
Kuda
Kuda

Nah,  ini hewan yang paling populer saat perang berlangsung. Manusia telah  menjinakkan kuda setidaknya sejak 5.500 tahun lalu. Para kesatria di  atas kuda bisa merusak formasipasukan musuh. Stabilitas di atas pelana  dan sanggurdi membuat prajurit Mongol dapat berperang dan menembakkan  panah dari atas kuda. Pertempuran besar dengan memanfaatkan kuda tidak  berakhir, hingga tank dan senapan mesin muncul menjadi favorit
Lebah
Lebah

Sengat  lebah bisa jadi senjata mematikan. Di zaman dulu, tentara Roma dan  Yunani menggunakan lebah untuk menghalangi musuh. Penggunaan lebah  berlanjut saat abad pertengahan, Perang Dunia I, dan Perang Vietnam.  Ilmuwan Amerika Serikat juga menemukan kegunaan lebah untuk tujuan  damai, yakni mendeteksi ranjau darat.
Lumba-Lumba
Lumba-Lumba

Hewan  ini memiliki sonar biologis untuk mencari ranjau berdasarkan konsep  gema. Pada masa Perang Teluk dan Perang Irak, lumba-lumba milik angkatan  laut membantu membersihkan pelabuhan Umm Qasr dari ranjau.
Merpati
Merpati

Hewan  ini memiliki kemampuan navigasi sehingga bisa kembali ke sarang  meskipun telah menempuh perjalanan ratusan kilometer. Puncak kepopuleran  penggunaan merpati terjadi pada saat Perang Dunia I, saat tentara  sekutu menggunakan 200.000 merpati untuk keperluan komunikasi. Seekor  Merpati bernama Cher Ami mendapat penghargaan setelah mengirim 12 pesan  untuk benteng di Verdun, Prancis. Bangsa burung pensiun dari tugas  militer setelah teknologi komunikasi berkembang pesat.
Singa laut
Singa laut

Mamalia  ini mampu melihat dalam kondisi cahaya minimal serta bisa mendengar di  bawah permukaan air. Singa laut juga bisa berenang dengan kecepatan  hingga 40 km/jam dan menyelam hingga kedalaman 300 meter. Dengan  kemampuan ini, angkatan laut AS melatih singa laut untuk menandai  ranjau.
Unta
Unta

-----------------------------
sumber
